ABORTUS
Abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina,
pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada abortus
septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil),
kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok.
Etiologi
Abortus pada wanita hamil bisa
terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara
lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan
yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi
janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini
bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan
oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit
khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia
berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ
kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama
rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan),
mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
Klasifikasi
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi
beberapa bagian, antara lain :
·
Abortus
Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar
dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
PENANGANAN :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
·
Abortus
Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
PENANGANAN :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
·
Abortus
Insipiens
Abortus yang
sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan
hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
PENANGANAN :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
·
Abortus
Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi
perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik di dalam rahim. ABORTUS IMMINENS
adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat mencapai 500 gr atau kurang
dari 20 minggu yang ditandai dengan:
• Terdapat keterlambatan datang bulan.
• Terdapat perdarahan, disertai perut sakit (mules).
• Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
• Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan kanalis servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.
• Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif. (Manuaba, 1998:218-219)
• Terdapat keterlambatan datang bulan.
• Terdapat perdarahan, disertai perut sakit (mules).
• Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
• Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan kanalis servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.
• Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif. (Manuaba, 1998:218-219)
PENANGANAN
1. Penanganan awal
Untuk penanganan awal yang memadai segera lakukan penilaian dari:
1. Penanganan awal
Untuk penanganan awal yang memadai segera lakukan penilaian dari:
·
dalam cavum
pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ectopik yang terganggu.
·
Tanda-tanda
infeksi/sepsis (demam tinggi, secret berbau pervaginam, nyeri perut tegang,
nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan).
·
Tentukan
evaluasi medis apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi).
·
ABORTUS IMMINENS
ü Keadaan
umum pasien.
ü Tanda-tanda
syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 900 mmHg >
112×/menit).
ü Bila
syok disertai masa lunak di adneksa, nyeri perut bawah adanya cairan bebas
Tidak diperlukan pengobatan medis yang khusus atau tirah baring secara total.
ü Anjurkan
untuk tidak melakukan aktivitas secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual.
ü Bila
perdarahan :
Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.
Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.
·
Terus
berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG), lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola).
·
Pada fasilitas
kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala
klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. (Acuan Nasional, 2000:140-151)
Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio
atau fetus terlah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
PENANGANAN :
Dilakukan kuretase. harus hati hati
karena terkadang plasenta melekat erat pada rahim.
Abortus Habitualis
Abortus yang
terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
Cari penyebab
Transfusi leukosit / Heparin.
1. Abortus Infeksius- Abortus Septik
Infus ; Kp Transfusi
Anti Biotika Spektrum Luas
Kultur – Sensitivity Test
Bila keadaan sudah layak Kuret
Kalau Tetanus :
1)
Inj. ATS
2)
Irigasi H2O2
3)
Histerektomi
1.
Mola hidatidosa (Kista
Vesikular)
Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah
suatu massa atau pertumbuhan di dalam rahim yang terjadi pada awal kehamilan.
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema
vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang
intak. Secara histologist, ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai
tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak,
dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah.
Etiologi
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak
diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan dan mendukung
terjadinya mola, antara lain:
1.
Faktor ovum, di mana ovum memang sudah
patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan
terlambat dikeluarkan
2.
Imunoselektif dari trofoblast
3.
Keadaan sosioekonomi yang rendah
4.
Paritas tinggi
5.
Kekurangan protein
6.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang
belum jelas
Klasifikasi
1.
MOLA HIDATIDOSA SEMPURNA
Villi korionik berubah menjadi suatu
massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit
dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok-kelompok
menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh adanya, antara
lain:
1) Degenerasi hidrofobik dan
pembengkakan stroma vilus
2) Tidak adanya pembuluh
darah di vilus yang membengkak
3) Proliferasi epitel
tropoblas dengan derajat bervariasi
4) Tidak adanya janin dan
amnion
Mola sempurna tidak memiliki jaringan
fetus. 90% merupakan genotip 46XX dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah
menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna dapat dibagi atas 2
jenis, yaitu :
1) Mola Sempurna Androgenetic
Homozygous
Merupakan 80% dari kejadian mola
sempurna. Dua komplemen kromosom paternal identik, didapatkan dari duplikasi
kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan; 46,YY tidak pernah
ditemukan
Heterozygous
Merupakan 20% dari kejadian mola
sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan. Semua kromosom berasal dari kedua
orang tua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua sperma.
2) Mola Sempurna Biparental
Genotip ayah dan ibu terlihat, tetapi
gen maternal gagal mempengaruhi janin sehingga hanya gen paternal yang
terekspresi. Mola sempurna biparental jarang ditemukan. Bentuk rekuren mola
biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan sebagai autosomal
resesif) pernah ditemukan. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon
yaitu 19q13. Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat
didiagnosis pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul.
Gejala yang paling sering terjadi pada mola sempurna yaitu perdarahan vagina.
Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan perdarahan. Uterus dapat
menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat
keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus mola hidatidosa. Pasien
juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan peningkatan kadar
human chorionic gonadotropin (HCG). Sekitar 7% pasien juga datang dengan
takikardia, tremor, dan kulit hangat.
1.
MOLA HIDATIDOSA PARSIAL
Apabila perubahan hidatidosa bersifat
fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi
perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang
biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi
janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial
tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini
biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau
missed abortion yakni Perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin,
Pada mola parsial, jaringan fetus biasanya didapatkan, eritrosit dan pembuluh
darah fetus pada villi merupakan penemuan yang seringkali ada. Komplemen
kromosomnya yaitu 69,XXX atau 69,XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum
haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua
sperma. Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna,
ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini
didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14
– 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim
yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta
keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala
1.
Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan
10% pasien masuk RS
2.
Pembesaran rahim yang tidak sesuai
dengan usia kehamilan (lebih besar):
1)
Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB
yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab
2)
Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni)
MANIFESTASI KLINIS
1.
Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
2.
Perdarahan pervaginam dari bercak sampai
perdarahan berat. merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
3.
Uterus sering membesar lebih cepat dari
biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
kehamilan.
4.
Tidak dirasakan tanda-tanda adanya
gerakan janin maupun ballottement.
5.
Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual
dan muntah cukup berat.
6.
Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu
ke-24
7.
Keluar jaringan mola seperti buah
anggur, yang merupakan diagnosa pasti
8.
Gejala Tirotoksikosis
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan
histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejala klasik
yakni:
1.
Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola
komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua,
menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah
yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat
dalam 97% kasus.
2.
Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang
berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
3.
Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti
takikardi, tremor dan kulit yang hangat.
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi
lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi onset gejala klasik tersebut,
akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi. Gejala mola
parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan
gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti
adanya perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari
pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang
tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus
yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif
dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia
yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90
mmHg), protenuria (> 300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian
kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang
diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini
tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat
diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap
tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang
normal. Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan
trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus
disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan
kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes
koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan
kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin.
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk
mengidentifikasi kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju
(snowstorm) yang mengindikasikan vili khoriales yang
hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa intra uterin yang
kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis
mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru –
paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat
jaringan fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta
kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan
peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan
c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Pada mola parsial terdapat
jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.
PENATALAKSANAAN
Evakuasi
1.
Perbaiki keadaan umum.
2.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan
kuret atau kuret isap. Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria
dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.
3.
Memberikan obat-obatan antibiotik,
uterotonika dan perbaiki keadaan umum penderita.
4.
7 – 10 hari setelah kerokan pertama,
dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan.
5.
Histerektomi total dilakukan pada mola
resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang
sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.
Pengawasan Lanjutan
1.
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan
dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
2.
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3
tahun, yaitu setiap minggu pada Triwulan pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan
kedua, setiap bulan pada 6 bulan berikutnya, setiap 2 bulan pada tahun
berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
3.
Setiap pemeriksaan ulang perlu
diperhatikan :
1)
Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan
2)
Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil atau tidak
3)
Laboratorium : Reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu sampai hasil
negatif, 1x per 2 minggu selama Triwulan selanjutnya, 1x sebulan dalam 6 bulan
selanjutnya, 1x per 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau hasil reaksi titer
masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
4)
Sitostatika Profilaksis : Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari
1.
Kehamilan Ekstrauteri
(Ektopik)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan
pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum uteri.
Penyebab
Gangguan ini adalah terlambatnya
transport ovum karena obstruksi mekanis pada jalan yang melewati tuba uteri.
Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan di ovarium.
Tanda dan Gejala
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri
melahirkan, sering unilateral (abortus tuba), hebat dan akut (rupture tuba),
ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar. Kavum douglas menonjol dan
sensitive terhadap tekanan. Jika ada perdarahan intra-abdominal, gejalanya
sebagai berikut:
1.
Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian
bawah, lebih jarang pada abdomen bagian atas.
2.
Abdomen tegang.
3.
Mual.
4.
Nyeri bahu.
5.
Membran mukosa anemis.
Jika terjdi syok, akan ditemukan nadi
lemah dan cepat, tekanan darah di bawah 100 mmHg, wajah tampak kurus dan
bentuknya menonjol-terutama hidung, keringat dingin, ekstremitas pucat, kuku
kebiruan, dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.
Diagnosis
Ditegakkan melalui adanya amenore 3-10
minggu, jarang lebih lama, perdarahan per vagina tidak teratur (tidak selalu).
Penanganan
Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET)
1.
Penanganan kehamilan ektopik pada
umumnya adalah laparotomi.
2.
Pada laparotomi perdarahan selekas
mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber
perdarahan.
3.
Keadaan umum penderita terus diperbaiki
dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan.
Dalam tindakan demikian, beberapa hal
yang harus dipertimbangkan yaitu :
1.
Kondisi penderita pada saat itu,
2.
Keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya,
3.
Lokasi kehamilan ektopik.
4.
Hasil ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan
tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar
HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat
pula dengan :
1.
Transfusi, infus, oksigen,
2.
Atau kalau dicurigai ada infeksi
diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan
dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat
inap di rumah sakit
Terapi
Terapi untuk gangguan ini adalah dengan
infuse ekspander plasma (Haemaccel, Macrodex) 1000 ml atau merujuk ke rumah
sakit secepatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar